Pada hari kamis, 27 Januari 2024, SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT mengadakan kegiatan rutin kajian yang dilakukan oleh majelis Yayasan Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso. Kali ini bertepatan kajian diberikan oleh Drs. K.H. Cholil Dahlan. Kajian ini menjelaskan tentang Bab Menjauhi Maksiat Dalam Kitab Bidayatul Hidayah.
Isi dari kajian tersebut ada tiga :
  • Nafsu Amarah, Jiwa yang Tersesat

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf : 53)

Nafsu Amarah selalu mengajak pada hal-hal negatif seperti : marah, iri, dengki, tamak, serakah, culas, licik, rakus, egois, boros, dan sifat sifat yang cenderung desktruktif merusak hal hal di luar dirinya. Nafsu amarah yang dominan menguasai diri seseorang, akan merusak organ tubuh manusia itu sendiri, juga merusakan lingkungan dan tatanan kehidupan.

  • Nafsu Lawamah, Jiwa yang Terbelenggu

وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri),” (QS. Al-Qiyamah: 2).

Nafsu lawamah, cenderung merusak dirinya sendiri (destruktif ke dalam). Mereka adalah mental penyesalan, minder, kekecewaan, putus asa, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan, keraguan, kesedihan, meratapi masa lalu, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan menyalahkan diri sendiri. Sederhananya, Nafsu Lawamah adalah Jiwa yang Terbelenggu, terkurung jauh di dalam jurang kegelapan dan kelemahan tubuh manusia. Mereka banyak melewatkan hal-hal indah dan bermakna di sekeliling mereka.

  • Nafsu Mutmainnah, Jiwa yang Sempurna

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً . فَادْخُلِي فِي عِبَادِي . وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku,” (QS. Al-Fajr 27 – 30).

Ini adalah Nafsu yang Diridhai Allah. Nafsu Mutmainnah bukanlah jiwa yang tersesat maupun jiwa yang terbelenggu. Nafsu Mutmainnah telah menemukan kesadaran, keberadaan, dan tujuan hidupnya sendiri. Nafsu Mutmainnah, telah ikhlas menerima bagian karunia dari Maha Sutradara, senang dengan peran yang diberikan, bersabar dengan proses yang berjalan, dan bersyukur dengan hasil yang telah diterima. Nafsu Mutmainnah, adalah Jiwa yang Tenang. Mereka tidak lagi membedakan kebahagiaan dan penderitaan, tidak membedakan masalah dan kesuksesan. Menurut mereka, segala hal yang terjadi adalah cara Allah mendekati hambaNya, baik dengan duka maupun air mata.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *